Karena tak ada kegitan lain lagi Aku pun kembali melanjutkan membaca novel kesukaan ku Harry Potter yang tadi sempat terhenti. ketika aku tengah asyik membaca novel, Handphoneku berdering nyaring. Kuhampiri handphoneku dan kujawab panggilannya. Ternyata itu adalah ka Satria.
“Hallo, bisa bicara dengan Sinta?” tanyanya dengan nada bicara yang sopan.
”iya ini Sinta..ini siapa ya?” aku balik bertanya.
”oh hai Sinta. Ini Ka Satria yang tadi siang ketemu di kantin masih inget engga?”
“atau jangan-jangan udah lupa ya?” jawabnya dengan nada bercanda.
Sedikit terkejut tapi akhirnya kujawab juga ”oh Ka Satria..aku masih inget ko.”
“ada apa ya ka?” tanyaku lagi sedikit basa-basi.
“emm..lagi bête aja nih pengen ngobrol, terus Kaka inget kamu jadi Kaka Telpon deh..”
“engga ganggukan?” tanyanya harap-harap cemas.
“engga ko Ka, kebetulan aku juga lagi ga ngapa-ngapain.” Sebetulnya aku lagi ngga mau di ganggu tapi yasudahlah ujarku dalam hati. Percakapan kami pun berlanjut hingga tak terasa kupingku sudah panas panas karena lamanya kami berbicara. Dalam hati ku berkata “ini anak pulsanya kok engga abis-abis ya”. Pukul sepuluh malam baru kami selesai.
Sejak malam itu aku dan Ka Satria Menjadi dekat. OPJ pun telah selesai. Dari OPJ itulah aku menjadi dekat, karena Ka Satria sering membantuku jika Aku kesulitan menghadapi para senior. Seiring dengan berjalannya waktu sering sekali kami jalan berdua dan makan siang berdua baik itu kantin di daerah kampus maupun diluar. Tapi terkadang juga beramai-ramai dengan para sahabatku. Nita dan yang lainnya sering sekali bertanya tentang hubugan Aku dan Ka Satria.
“Sin, kamu udah jadian belom sama Ka Satria, traktir kita-kita donk kalau udah”. Goda Nita sambil meminta persetujuan yang lain.
”iya nih traktir kita-kita donk” timpal Ani, yang lainpun mengangguk setuju.
”duh kalian ini. Aku kan belum jadian sama Ka Satria”
“lagian kalau Aku jadian, pasti Aku cerita sama Kalian”. Jawabku.
“berarti kamu beneran suka nih dengan Ka Satria?” selidik Lidia.
“udah ahh” Aku pun menutup tema pembicaraan. Mereka tertawa jahil dan akhirnya mereka pun berhenti menggodaku.
Hari-haripun berlalu dengan cepat. Disamping kuliah yang padat dan tugas-tugas yang menumpuk. Komunikasi antara Aku dan Ka Satria terus berlanjut hingga tak terasa sudah sebulan Aku mengenalnya. Aku ingat, hari itu adalah Hari Sabtu, Ka Satria mengajakku pergi ke sebuah Café tempat favoritnya. Nama café itu adalah Cool Café. Tempatnya sih memang lumayan keren dan yang pasti kesan romantisnya terasa banget di tempat ini. Aku senang sekali Ka Satria mengajakku ke tempat ini, Cuma aku harus jaga sikap, gengsi donk kalau ketauan aku seneng banget diajak kesini. Dan ternyata bukan hanya tempatnya saja yang bagus, makanan dan minumannya pun enak banget. Kamipun menikmati hidangan sambil curhat macam-macam. Setelah selesai makan Aku merasakan ada yang aneh dengan sikap Ka Satria. Mukanya menjadi merah dan ia tampak komat kamit sendiri. Lalu Ia pun bicara.
“emmm..Sinta..sebenernya udah dari dulu Kaka pengen nanya sesuatu sama Kamu?”
“Aduh gimana ya ngomongnya..” tanyanya lebih tepat pada diri sendiri.
“Emang mau nanya apa Ka? Tanya aja lagi”. tanya ku dengan bingung.
Ka Satria terlihat gugup dan wajahnya memerah mungkin karena malu. Beberapa kali mulutnya terbuka hendak berbicara tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Seakan tenggorokannya tersumbat sesuatu. Akhirnya setelah beberapa saat yang menegangkan Ia pun berbicara.
“Sebetulnya Aku lagi jatuh cinta sama seorang cewek, dia adik tingkatKu”. Ia pun mulai berbicara.
“Dari semenjak pertama bertemu pada acara OPJ, cuma Kaka bingung ngungkapin perasaan Kaka sama Dia..”keluhnya dengan muka memelas.
“Kaka engga tau perasaan dia sama Kaka gimana,”.
“Oh jadi itu masalahnya” dengan sedikit terkejut. Aku baru tau ternyata Ka Satria lagi jatuh cinta.
“Iya…menurut kamu Kaka ini orangnya gimana?” tanya Ka Satria padaku sambil menggaruk belakang kepalanya, raut mukanya sudah tak semerah tadi tapi gugupnya masih tampak.
“Emm...kalau menurut Aku Ka Satria itu orangnya Baik, ramah, dewasa iya, salah kalau cewek itu engga mau sama Kaka” Tuturku dengan semangat.
“Jadi tinggal Kakanya aja Pede, Ok” sambil mengacungkan kedua jempolku memberi semangat.
“Emangnya siapa sih cewek yang beruntung itu?”. Tanya ku pada Ka Satria.
“Serius Kamu pengen tau Sin?” tanyanya lagi padaku.
Aku pun mengangguk semangat.
“Cewek itu…cewek itu..”
“Cewek itu Kamu Sinta” jawabnya sambil menatap ku tajam seolah berusaha menembus pikiranku.
Tak ayal lagi aku terkejut setengah mati. “Aku” ulangku dalam hati. Aku sempat shock beberapa menit. Entah karena saking terkejutnya hingga arwahku seperti sempat terlepas dari tubuhku tapi itu tidak mungkin. Akhirnya Aku kembali kealam sadarku.
“Ka Satria...engga salah nih”. Sikap pedeku yang tadi pun langsung lenyap berubah jadi kegugupan.
“Aku serius..gimana Sin, Kamu mau jadi pacar Aku?”. tanyanya penuh harap.
Aduh gimana ya tanya ku dalam hati. Ka Satria emang sih lumayan ok, orangnya juga baik dan romantis juga, Aku cuma sekedar suka aja sama dia, tapi engga cinta. Terima jangan ya tanyaku dalam hati. Tapi aku juga masih sendiri jadi engga masalah juga kali. Akhirnya setelah pergulatan batin yang seru Aku pun setuju menerimanya jadi pacarku. Tampak raut wajah lega dari Ka Satria dan senang bukan main. Kami berdua pun pergi dari Cool Café. Rencananya hari ini Kami berdua mau nonton di twenty one, itu tuh bioskop favorit mahasiswa.
Hari minggu para sahabat-sahabat ku datang bermain ke rumahku. Aku pun dengan semangat menceritakan kejadian kemarin pada sahabat-sahabatku. Sahabat-sahabatku pun turut bahagia atas apa yang terjadi padaku. Dan sesuai janji aku pun mentraktir mereka semua makan Bakso langgananku tak jauh dari rumahku.
Hari-hari indahku pun berlanjut. Walau disela kesibukan perkuliahan Kami selalu meluangkan waktu untuk bertemu walaupun terkadang hanya untuk makan siang. Tiga bulan sudah Aku dan Ka Satria menjalin kasih. Aku pun semakin mengerti kepribadianya dan tanpa disadari Aku pun telah jatuh cinta padanya. Kehidupan perkuliahanku pun semakin berwarna-warni.
Ka Satria orang yang apa adanya dan tak banyak menuntut, serta berpikiran kedepan. Tak jarang ketika Aku dan Dia sedang berkendaraan berdua dengan sepeda motor kesayangannya melewati deretan rumah-rumah. Dia sering berkata kelak jika kita menikah Kaka ingin kita punya rumah seperti itu tunjuknya pada salah satu rumah. Aku sih hanya bisa tertawa sambil berkata, jauh amat mikirnya Aku kan masih lama Kuliahnya, jika sudah begitu dia selalu berkata memang kamu engga mau nikah sama Kaka? Tentu Aku jawab mau. Jika sudah seperti itu aku merasa menjadi orang paling bahagia didunia.
Sepuluh bulan sudah Aku dan Ka Satria berpacaran. Kami sudah seakan tak bisa dipisahkan. Tapi hari-hari indah itu pun akhirnya usai sudah. Ketika hari itu tiba. Hari itu Aku masih ingat, hari Senin. Sore hari yang cerah dan sejuk. Aku Dan Ka Satria sedang ngobrol di taman kampus. Kemudian Ka Satria berkata hal yang mengejutkan sekaligus menyakitkan hatiKu.
“Sin, Kaka mau ngomong hal serius nih Sama Kamu”. Tuturnya dengan tatapan serius.
“Ngomong aja lagi Ka”. Jawab ku santai.
“Kaka lagi suka sama seseorang selain Kamu Sin”. Lanjut Ka Satria.
Aku seakan tersambar petir mendengarnya. Tak percaya dia bisa berbicara seperti ini padaku.
Aku seakan tersambar petir mendengarnya. Tak percaya dia bisa berbicara seperti ini padaku.
“Tapi Kaka Tetap suka sama Kamu”
“Kaka ingin Kita jalan seperti biasa walaupun nanti Kaka punya Cinta lain selain Kamu”. Lanjutnya berusaha meyakinkanku. Aku hanya bisa terdiam tak mampu berbicara.
“Cinta Kaka ke Kamu engga akan pernah hilang…”
“jadi biar adil Kamu boleh kok jadian lagi sama cowok lain, tapi Kamu engga boleh terlalu dalem sama dia” Sarannya padaku.
Bersambung...
”oh hai Sinta. Ini Ka Satria yang tadi siang ketemu di kantin masih inget engga?”
“atau jangan-jangan udah lupa ya?” jawabnya dengan nada bercanda.
Sedikit terkejut tapi akhirnya kujawab juga ”oh Ka Satria..aku masih inget ko.”
“ada apa ya ka?” tanyaku lagi sedikit basa-basi.
“emm..lagi bête aja nih pengen ngobrol, terus Kaka inget kamu jadi Kaka Telpon deh..”
“engga ganggukan?” tanyanya harap-harap cemas.
“engga ko Ka, kebetulan aku juga lagi ga ngapa-ngapain.” Sebetulnya aku lagi ngga mau di ganggu tapi yasudahlah ujarku dalam hati. Percakapan kami pun berlanjut hingga tak terasa kupingku sudah panas panas karena lamanya kami berbicara. Dalam hati ku berkata “ini anak pulsanya kok engga abis-abis ya”. Pukul sepuluh malam baru kami selesai.
Sejak malam itu aku dan Ka Satria Menjadi dekat. OPJ pun telah selesai. Dari OPJ itulah aku menjadi dekat, karena Ka Satria sering membantuku jika Aku kesulitan menghadapi para senior. Seiring dengan berjalannya waktu sering sekali kami jalan berdua dan makan siang berdua baik itu kantin di daerah kampus maupun diluar. Tapi terkadang juga beramai-ramai dengan para sahabatku. Nita dan yang lainnya sering sekali bertanya tentang hubugan Aku dan Ka Satria.
“Sin, kamu udah jadian belom sama Ka Satria, traktir kita-kita donk kalau udah”. Goda Nita sambil meminta persetujuan yang lain.
”iya nih traktir kita-kita donk” timpal Ani, yang lainpun mengangguk setuju.
”duh kalian ini. Aku kan belum jadian sama Ka Satria”
“lagian kalau Aku jadian, pasti Aku cerita sama Kalian”. Jawabku.
“berarti kamu beneran suka nih dengan Ka Satria?” selidik Lidia.
“udah ahh” Aku pun menutup tema pembicaraan. Mereka tertawa jahil dan akhirnya mereka pun berhenti menggodaku.
Hari-haripun berlalu dengan cepat. Disamping kuliah yang padat dan tugas-tugas yang menumpuk. Komunikasi antara Aku dan Ka Satria terus berlanjut hingga tak terasa sudah sebulan Aku mengenalnya. Aku ingat, hari itu adalah Hari Sabtu, Ka Satria mengajakku pergi ke sebuah Café tempat favoritnya. Nama café itu adalah Cool Café. Tempatnya sih memang lumayan keren dan yang pasti kesan romantisnya terasa banget di tempat ini. Aku senang sekali Ka Satria mengajakku ke tempat ini, Cuma aku harus jaga sikap, gengsi donk kalau ketauan aku seneng banget diajak kesini. Dan ternyata bukan hanya tempatnya saja yang bagus, makanan dan minumannya pun enak banget. Kamipun menikmati hidangan sambil curhat macam-macam. Setelah selesai makan Aku merasakan ada yang aneh dengan sikap Ka Satria. Mukanya menjadi merah dan ia tampak komat kamit sendiri. Lalu Ia pun bicara.
“emmm..Sinta..sebenernya udah dari dulu Kaka pengen nanya sesuatu sama Kamu?”
“Aduh gimana ya ngomongnya..” tanyanya lebih tepat pada diri sendiri.
“Emang mau nanya apa Ka? Tanya aja lagi”. tanya ku dengan bingung.
Ka Satria terlihat gugup dan wajahnya memerah mungkin karena malu. Beberapa kali mulutnya terbuka hendak berbicara tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Seakan tenggorokannya tersumbat sesuatu. Akhirnya setelah beberapa saat yang menegangkan Ia pun berbicara.
“Sebetulnya Aku lagi jatuh cinta sama seorang cewek, dia adik tingkatKu”. Ia pun mulai berbicara.
“Dari semenjak pertama bertemu pada acara OPJ, cuma Kaka bingung ngungkapin perasaan Kaka sama Dia..”keluhnya dengan muka memelas.
“Kaka engga tau perasaan dia sama Kaka gimana,”.
“Oh jadi itu masalahnya” dengan sedikit terkejut. Aku baru tau ternyata Ka Satria lagi jatuh cinta.
“Iya…menurut kamu Kaka ini orangnya gimana?” tanya Ka Satria padaku sambil menggaruk belakang kepalanya, raut mukanya sudah tak semerah tadi tapi gugupnya masih tampak.
“Emm...kalau menurut Aku Ka Satria itu orangnya Baik, ramah, dewasa iya, salah kalau cewek itu engga mau sama Kaka” Tuturku dengan semangat.
“Jadi tinggal Kakanya aja Pede, Ok” sambil mengacungkan kedua jempolku memberi semangat.
“Emangnya siapa sih cewek yang beruntung itu?”. Tanya ku pada Ka Satria.
“Serius Kamu pengen tau Sin?” tanyanya lagi padaku.
Aku pun mengangguk semangat.
“Cewek itu…cewek itu..”
“Cewek itu Kamu Sinta” jawabnya sambil menatap ku tajam seolah berusaha menembus pikiranku.
Tak ayal lagi aku terkejut setengah mati. “Aku” ulangku dalam hati. Aku sempat shock beberapa menit. Entah karena saking terkejutnya hingga arwahku seperti sempat terlepas dari tubuhku tapi itu tidak mungkin. Akhirnya Aku kembali kealam sadarku.
“Ka Satria...engga salah nih”. Sikap pedeku yang tadi pun langsung lenyap berubah jadi kegugupan.
“Aku serius..gimana Sin, Kamu mau jadi pacar Aku?”. tanyanya penuh harap.
Aduh gimana ya tanya ku dalam hati. Ka Satria emang sih lumayan ok, orangnya juga baik dan romantis juga, Aku cuma sekedar suka aja sama dia, tapi engga cinta. Terima jangan ya tanyaku dalam hati. Tapi aku juga masih sendiri jadi engga masalah juga kali. Akhirnya setelah pergulatan batin yang seru Aku pun setuju menerimanya jadi pacarku. Tampak raut wajah lega dari Ka Satria dan senang bukan main. Kami berdua pun pergi dari Cool Café. Rencananya hari ini Kami berdua mau nonton di twenty one, itu tuh bioskop favorit mahasiswa.
Hari minggu para sahabat-sahabat ku datang bermain ke rumahku. Aku pun dengan semangat menceritakan kejadian kemarin pada sahabat-sahabatku. Sahabat-sahabatku pun turut bahagia atas apa yang terjadi padaku. Dan sesuai janji aku pun mentraktir mereka semua makan Bakso langgananku tak jauh dari rumahku.
Hari-hari indahku pun berlanjut. Walau disela kesibukan perkuliahan Kami selalu meluangkan waktu untuk bertemu walaupun terkadang hanya untuk makan siang. Tiga bulan sudah Aku dan Ka Satria menjalin kasih. Aku pun semakin mengerti kepribadianya dan tanpa disadari Aku pun telah jatuh cinta padanya. Kehidupan perkuliahanku pun semakin berwarna-warni.
Ka Satria orang yang apa adanya dan tak banyak menuntut, serta berpikiran kedepan. Tak jarang ketika Aku dan Dia sedang berkendaraan berdua dengan sepeda motor kesayangannya melewati deretan rumah-rumah. Dia sering berkata kelak jika kita menikah Kaka ingin kita punya rumah seperti itu tunjuknya pada salah satu rumah. Aku sih hanya bisa tertawa sambil berkata, jauh amat mikirnya Aku kan masih lama Kuliahnya, jika sudah begitu dia selalu berkata memang kamu engga mau nikah sama Kaka? Tentu Aku jawab mau. Jika sudah seperti itu aku merasa menjadi orang paling bahagia didunia.
Sepuluh bulan sudah Aku dan Ka Satria berpacaran. Kami sudah seakan tak bisa dipisahkan. Tapi hari-hari indah itu pun akhirnya usai sudah. Ketika hari itu tiba. Hari itu Aku masih ingat, hari Senin. Sore hari yang cerah dan sejuk. Aku Dan Ka Satria sedang ngobrol di taman kampus. Kemudian Ka Satria berkata hal yang mengejutkan sekaligus menyakitkan hatiKu.
“Sin, Kaka mau ngomong hal serius nih Sama Kamu”. Tuturnya dengan tatapan serius.
“Ngomong aja lagi Ka”. Jawab ku santai.
“Kaka lagi suka sama seseorang selain Kamu Sin”. Lanjut Ka Satria.
Aku seakan tersambar petir mendengarnya. Tak percaya dia bisa berbicara seperti ini padaku.
Aku seakan tersambar petir mendengarnya. Tak percaya dia bisa berbicara seperti ini padaku.
“Tapi Kaka Tetap suka sama Kamu”
“Kaka ingin Kita jalan seperti biasa walaupun nanti Kaka punya Cinta lain selain Kamu”. Lanjutnya berusaha meyakinkanku. Aku hanya bisa terdiam tak mampu berbicara.
“Cinta Kaka ke Kamu engga akan pernah hilang…”
“jadi biar adil Kamu boleh kok jadian lagi sama cowok lain, tapi Kamu engga boleh terlalu dalem sama dia” Sarannya padaku.
Bersambung...
Huft, kisah ini mirip banget sama dengan kisah teman aku...
BalasHapusCuma ada beberapa kisah aja yang beda...
Tapi dia ampe sekarang masih mempertahankan cowok yang menurut aku ga pantes buat dia...
Dia masih berharap banget cowok itu akan berubah seperti dulu...
Kasihan sich...
Padahal dah banyak teman" yang ngasih pandangan ke dia..
Huft, klo dah kayak gini...
Jadi takut nich pacaran...
Takut patah hati he..he..
Mudah"anlah temen aku terbuka mata hatinya dan dapat cowok yang tulus ama dia...
Dan mudah"an aku juga dapet cowok yang tulus dan setia...AMIN..^_^
Sorry yach K' Arzhi, jadi curhat gitu...
SEMANGAT dech, buat menampilkan karya" terbaik K"..
GANBATTE KUDASAI..^_^
#Princess_Edelweiss
yups moga bisa memetik pelajaran dari kisah ini....tiap tindakan selalu mngandung resiko, hidup itu juga penuh dngn resiko, klo langkah kita trhenti karna takut resiko yg akan kita hadapi didepan kita, maka selamanya kita tak akan prnah bisa melangkah maju....^_^
Hapus